Implementasi Model Pembelajaran TGT Outdoor di SD Mangunharjo 1 probolinggo

Redaksi
Photo: WawancaraTim Probolinggo dengan Widodo Triyatmiko,SPd,Sd, Guru SD Mangunharjo 1 Probolinggo.

Probolinggo -SD Mangunharjo 1 kota probolinggo pagi itu tampak lengang, para siswa tentunya sedang belajar didalam kelas, yang tampak dihalaman hanya serombongan kecil siswa laki laki dan perempuan berkelompok teratur, berpindah-pindah tempat, berubah posisi mengikuti suara loudspeaker toa yang dipegang seorang laki- Laki.
Karena tertarik maka penulis mendekati rombongan itu dan bertanya kepada Laki-laki dengan pakaian batik itu, yang ternyata seorang guru pengajar dikelas tiga dengan nama lengkap Widodo Triyatmiko.
Dia sedang mempraktekkan model pembelajaran TGT (Team Game Tournament).

Sebagaimana diketahui TGT adalah sebuah model pembelajaran yang merupakan pengembangan kegiatan belajar Student  Team Achievement Divisions (STAD), yang ditambah dengan permainan yang berfungsi
 untuk menambah  skor perolehan tim atau kelompok.
Dengan demikian  guru harus menambahkan suatu permainan untuk dimainkan siswa setelah diberikan kuis.

Ciri khas  pembelajaran kooperatif tipe TGT ini terletak pada turnamen.
Diharapkan dengan adanya turnamen, siswa dapat memiliki jiwa sportivitas dan dapat termotivasi untuk berusaha lebih baik lagi bagi dirinya maupun untuk orang lain atau kelompoknya.
Melalui turnamen diharapkan juga dapat membantu siswa lebih berani dalam berkompetisi. Sehingga siswa selalu berusaha untuk berada dalam posisi unggul karena mempunyai daya saing tinggi. Dengan demikian, tujuan penerapan model pembelajaran Team Game Tournament adalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan juga adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Sebagaimana disampaikan Widodo Triyatmiko, seorang
 guru kelas yang mengajar pada kelas 3, pada saat wawancara di ruang kepala sekolah  SD Mangunharjo1 Probolinggo, pada, Kamis, 3/8/2023, yang  Kebetulan Ibu Muji Rahayu sebagai kepala sekolah sedang ada keperluan dinas luar.

Dalam implementasi model pembelajaran TGT sudah seharusnya disesuaikan dengan   kompetensi Dasar yang dipilih, karena tidak semua kompetensi dasar itu cocok dengan implementasi TGT.

Pada umumnya, suatu mata pelajaran itu bisa diajarkan dengan menggunakan model yang berbeda beda, tergantung guru pengajarnya, dan harus melihat kompetensi Dasar, tujuan maupun indikatornya.

Penggunaan model pembelajaran TGT cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran Matematika, karena jika metode ini dimulai kelas 1 hingga kelas 3, dimana siswa diajarkan untuk aktif melihat, memperhatikan dan mempraktekkan atau melakukan sebuah aktifitas yang kongkrit, tentunya akan sangat melekat didalam memorinya, dibandingkan  apabila siswa hanya mendengarkan ceramah dari gurunya dikelas yang bersifat abstrak. 
Tetapi perlu diingat model TGT harus dipilihkan kompetensi dasar yang sesuai.

Dicontohkan oleh Widodo, untuk mata pelajaran matematika,ada kecenderungan sebagian siswa tidak menyukai,  bahkan menganggap matematika sebagai momok yang dan cenderung tidak disukai.
Pada kondisi dan situasi itulah guru harus hadir
untuk mengubah imed, bahwa matematika itu pelajaran yang menyenangkan, bukan pelajaran yang menakutkan.

"Saya mengetrapkan TGT, biar anak - anak cinta dulu terhadap matematika, rata-rata matematika menjadi momok bagi anak, ada pelajaran matematika si anak sudah stres dulu, untuk menanamkan rasa suka dulu kepada matematika, sy pakai model TGT", terangnya.

Masih menurut Widodo, pada mata pelajaran matematika untuk kompetensi dasar "pengenalan Nilai tempat",
maka proses belajar mengajar dibagi 2 tahapan, tahap 1 penjelasan didalam kelas, guru menjelaskan tentang posisi atau pengenalan  "nilai tempat", kemudian siswa
klas 3 yang berjumlah 28 anak itu dibagi 2 tim, bisa putra sendiri, putri sendiri atau diacak tetapi tidak dibedakan berdasarkan kelompok yang pintar atau kelompok yang kurang pintar, berikutnya dipecah lagi menjadi beberapa tim  dan dijelaskan tentang "nilai tempat" ribuan, ratusan, puluhan dan satuan.
kemudian siswa dibawa ke halaman sekolah, diatur  berkelompok berdasarkan pembagian tim sebagaimana dijelaskan didalam kelas, selanjutnya diberi perintah menempati posisi "nilai tempat" sesuai yang disebutkan .

sebagai contoh mempraktekkan model TGT untuk "nilai tempat" bilangan 2351 (dua ribu tigaratus lima puluh satu), maka siswa melakukan perpindahan posisi sesuai "nilai tempat" ribuan, ratusan, puluhan dan satuan. 
Untuk selanjutnya dilakukan rolling, sehingga semua tim merasakan posisi "nilai tempat" yang sama.

Melalui model pembelajaran TGT ini ternyata daya ingat siswa terasah dng baik, siswa lebih termotivasi, sehingga pembelajaran matematika menjadi lancar, yang akhirnya nilai matematika rata-rata siswa terdongkrak naik.

"Justru ketika kita memainkan model TGP itu sendiri, ketika waktunya pulang atau istirahat, anak-anak itu tidak mau, jadi mau lanjut terus,  ketika lain hari  ketika ada jam pelajaran matematika lagi, anak-anak ingin main seperti itu lagi, jadi sudah timbul rasa cinta matematika, dan suka, itu sudah terbentuk dari situ", imbuhnya.

Dia mengungkapkan,hasil dari pengetrapan model TGT, semua anak mengalami kemudahan menangkap pelajaran matematika, tahu dan bisa serta mengerti posisi "nilai tempat", mana yang ribuan , ratusan,puluhan dan satuan.(**Dikpoer & Tim)
Tags