Nusantara News Probolinggo - Festival seni budaya Eksotika Bromo 2025 kembali menggema di Lautan Pasir Gunung Bromo, Senin (23/6). Untuk kedelapan kalinya, gelaran ini memadukan pesona alam Bromo dengan pertunjukan seni lintas daerah. Latar megah Gunung Batok dan kawah Bromo menjadi saksi bisu perayaan budaya yang menyatukan harmoni manusia dan alam.
Tahun ini, Eksotika Bromo mengangkat tema "Merajut Harmoni Nusantara di Bumi Hila-Hilan" dengan jargon "Semesta dalam Nada Alam dalam Budaya". Konsep yang dibawa, yakni "ruwat rawat segoro gunung", mengajak masyarakat merenungi pentingnya menjaga keseimbangan antara budaya dan ekosistem alam.
Tiga unsur utama menjadi benang merah dalam festival ini, yaitu Tengger dan budayanya, Bromo dan alamnya, serta Jawa Timur dan keseniannya. Eksotika Bromo tak hanya menampilkan seni pertunjukan, tapi juga menjadi ruang reflektif yang menghubungkan akar budaya dengan kesadaran ekologis.
Komandan Kodim 0820/Probolinggo, Letkol Arh Iwan Hermaya, menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, Eksotika Bromo adalah kesempatan emas untuk mengenalkan budaya Tengger lebih luas. Ia berharap wisatawan bisa tinggal lebih lama, menikmati tidak hanya panorama, tapi juga cerita dan kearifan lokal.
"Kami juga mengapresiasi konsep kolaboratif dari festival tersebut. Tidak hanya menampilkan seniman asal Probolinggo, tetapi juga melibatkan daerah lain, menciptakan pertunjukan kolosal yang menggambarkan kekayaan ragam budaya nusantara dalam satu panggung yang utuh dan hidup" Ujarnya
Momen yang paling menyentuh datang saat Bupati Probolinggo, Muhammad Haris, secara mengejutkan membacakan puisi berjudul "Bromo Bersujud". Puisi tersebut disampaikan setelah sambutan resmi, dan langsung menyentuh emosi penonton yang hadir, membungkus suasana dengan syahdu dan kekaguman.
Puncak acara menjelang senja dimeriahkan oleh sendratari Kidung Tengger yang mengangkat legenda Joko Seger dan Roro Anteng. Kisah cinta dan keteguhan menjaga tradisi itu dipentaskan melalui tari dan musik tradisional, ditutup dengan pembacaan puisi oleh artis ibu kota Olivia Zalianty. Festival ini berlangsung selama dua hari, menyuguhkan pertunjukan seni, pameran, hingga lomba bertema pelestarian alam.
(MH**)