Sulaiman Menduga PPK Jalan Nasional Mojokerto-Jombang Ada Kongkalikong Dengan Pihak Kontraktor

Redaksi

 


Nusantara News Jombang – Proyek pelebaran jalan nasional penghubung Mojokerto–Jombang, khususnya di sekitar kawasan Exit Tol Jombang, kini mencuat jadi perbincangan hangat. Pekerjaan yang menggunakan anggaran dari APBN itu disinyalir jauh dari harapan. Hasilnya, Jalan belum lama diaspal, sudah ada yang retak-retak dan mengelupas.


Hasil temuan di lapangan dari Tim Investigasi Media Pelopor, yang dipimpin oleh Sulaiman, mengungkap adanya dugaan kuat bahwa pekerjaan dilakukan tidak sesuai standar teknis. Di beberapa titik, tampak jelas aspal tipis dan permukaan jalan tidak rata. Lebih ironis lagi, proyek ini belum lama selesai, tapi sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.


"Kami menduga proses pemadatan tanah dasar dan lapisan agregat tidak dilakukan secara optimal. Ini bukan sekadar keteledoran teknis, tapi bisa mengarah ke praktik kecurangan anggaran,” ujar Sulaiman, pimpinan tim investigasi.


Tim juga mencium adanya potensi permainan antara pihak kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Dugaan tersebut mencuat lantaran lemahnya pengawasan di lapangan. Kontraktor seolah diberi ruang leluasa bekerja tanpa kendali, padahal proyek ini menyangkut uang rakyat.


"Kami tidak bisa tinggal diam. Ada dugaan kongkalikong antara PPK dan kontraktor, yang sengaja membiarkan pekerjaan dikerjakan asal jadi demi mengamankan kepentingan tertentu,” ungkapnya


Lebih jauh, investigasi menduga adanya manipulasi volume pekerjaan dan mark-up anggaran. Beberapa indikator seperti ketebalan aspal, kualitas pemadatan, hingga jenis material yang digunakan tidak sesuai spesifikasi awal. Hal ini menguatkan indikasi bahwa proyek tersebut sarat korupsi berjemaah.


Sebagai langkah awal, Tim Investigasi Media Pelopor akan mengirimkan surat resmi ke instansi terkait, termasuk Kementerian PUPR, BPK RI, dan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, untuk mendesak dilakukannya audit teknis dan investigasi hukum secara menyeluruh.


Warga sekitar pun mendukung langkah ini dan berharap ada tindakan nyata, bukan sekadar janji. “Kalau cuma diam dan dibiarkan, jalan ini bakal rusak tiap tahun, anggaran negara terus habis, yang untung ya mereka-mereka saja,” ucap seorang warga sambil menunjukkan bekas jalan yang sudah retak.


Di tengah sorotan publik, proyek ini pun menjadi simbol ironis dari pembangunan yang kehilangan arah, megah dalam proposal, rapuh di kenyataan.

(*)