Brantas Tegas! Tak Boleh Ada Double Job dan Potongan Dana , GAPKM Dorong Pembongkaran Proyek Bermasalah

Redaksi

 


Nusantara News Surabaya — Suasana ruang rapat di kantor pelaksana teknis Brantas, Surabaya, siang tadi terasa hangat namun sarat ketegangan. Pertemuan antara Gubernur GAPKM, Umar Hayat, dan jajaran Dinas Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal SDA Sungai Brantas berlangsung penuh dinamika, membahas pelaksanaan proyek P3AI yang kini menuai sorotan, Kamis (09/10/2025). 


Dalam audiensi itu, pihak Brantas menegaskan tiga poin penting yang menjadi sorotan publik. Pertama, pengerjaan proyek yang dinilai salah oleh pelaksana teknis Brantas akan segera dikaji ulang dan bila perlu diperbaiki secara total. 


"Kami tidak akan mentolerir kesalahan teknis yang berpotensi merugikan negara atau masyarakat," tegas salah satu perwakilan teknis.  


Kedua, Brantas dengan tegas menyatakan larangan praktik  " double job " dalam struktur kepegawaian. Menurut aturan internal, seseorang tidak boleh merangkap jabatan dalam proyek yang sama karena berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.


 “Double job bukan hanya pelanggaran administratif, tapi juga moral. Ini harus diakhiri,” ujar Umar Hayat lantang.  


Ketiga, isu pemotongan dana hingga 30% yang sempat beredar di lapangan dibantah keras oleh pihak Brantas. Mereka menegaskan, dalam sistem penyaluran dana proyek, tidak ada ruang untuk potongan semacam itu. Dana proyek harus disalurkan penuh sesuai peruntukannya.  


Umar Hayat, Gubernur GAPKM yang dikenal vokal dalam mengawal transparansi proyek nasional, menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengawasi pelaksanaan P3AI.


 “Kalau ditemukan penyimpangan, jangan ditutup-tutupi. Bongkar saja! Rakyat berhak tahu dan menikmati hasil pembangunan yang bersih dari permainan kotor,” Ujarnya dengan nada tegas yang disambut anggukan para peserta audiensi.  


Audiensi ini diakhiri dengan kesepakatan untuk membentuk tim pengawasan bersama antara GAPKM dan Brantas guna memastikan setiap tahap proyek berjalan sesuai prosedur. Sebuah langkah kecil namun berarti menuju arah pembangunan yang lebih jujur, bersih, dan berintegritas.  


Seperti riak air di aliran Sungai Brantas, percakapan hari ini meninggalkan gema bahwa pembangunan tak akan kokoh bila pondasinya retak oleh ketidakjujuran.

(MH**)