Nusantara News Surabaya - Pemandangan tak biasa terjadi di jantung Kota Pahlawan. Ratusan buruh PT Pakerin, perusahaan kertas raksasa asal Mojokerto, nekat menjadikan pelataran Kantor Gubernur Jawa Timur di Jl. Pahlawan sebagai tempat bermalam (12/09/2025). Bukan wisata, bukan rekreasi, tapi terpaksa menggelar tikar karena 4 bulan gaji mereka tak kunjung dibayar.
Suasana malam itu lebih mirip kampung darurat daripada halaman kantor pemerintahan. Tenda-tenda berdiri, poster tuntutan dipasang, dan lantang suara buruh menggema: meminta kehadiran Khofifah Indar Parawansa selaku gubernur untuk turun tangan menyelesaikan persoalan.
“Jangan biarkan kami kelaparan di tanah sendiri. Kami bukan perusuh, kami pejuang perut!” teriak Cemot, salah satu koordinator aksi, dengan mata berkaca-kaca.
Aksi ekstrem ini muncul setelah pertemuan Pemprov dengan pihak perusahaan mandek tanpa solusi. Para buruh yang sudah seharian mengawal sidang PKPU di PN Surabaya, kecewa ketika owner PT Pakerin tak menghadiri undangan Pemprov. Mereka pun melampiaskan kekecewaan di gerbang simbol kekuasaan Jawa Timur itu.
Menariknya, meski aksi ini terkesan nekat, jalannya tetap tertib. Puluhan aparat TNI-Polri berjaga, lalu lintas di depan kantor gubernur tetap lancar, dan warga yang melintas justru berhenti untuk sekadar memotret atau menyimak tuntutan buruh.
Kini, sorotan publik tertuju pada langkah Pemprov. Akankah pemerintah berdiam diri ketika ratusan buruh hanya bisa bertahan dengan tenda di pelataran kantor atau justru aksi menginap ini akan menjadi sejarah baru bahwa suara rakyat kecil bisa bergema hingga ke ruang kekuasaan.
Bersambung....
(MH**)