May Day 2025 di Probolinggo, Sarasehan Damai Bersama Kapolres AKBP Wisnu Wardana

Redaksi


Nusantara News Probolinggo - Bukan teriakan massa, bukan pula derap langkah aksi yang mendominasi Hari Buruh Internasional (May Day) tahun ini di Kabupaten Probolinggo. Kamis, 1 Mei 2025, suasana justru adem, penuh senyum, dan sarat makna. Alih-alih unjuk rasa, masyarakat di kota santri ini memilih jalur sarasehan—forum duduk bersama, berbagi cerita, dan saling mendengarkan di Pendopo Prasaja Ngesti Wibawa.


Sebuah perayaan yang jauh dari hiruk pikuk, tapi kaya akan nilai. Momentum ini jadi wujud nyata apresiasi terhadap kaum buruh—mereka yang tiap hari menggerakkan roda ekonomi daerah, diam-diam menjadi tulang punggung pembangunan.


Barisan tamu undangan datang dari berbagai penjuru. Terlihat Sekda Kabupaten Probolinggo Ugas Irwanto, Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana, serta perwakilan Kodim 0820, Danramil Maron Kapten Cba Dandung. Tak ketinggalan, perwakilan KADIN, para pengusaha, hingga tokoh-tokoh serikat pekerja di Probolinggo.


Di tengah suasana hangat itu, simbol kebersamaan disematkan lewat penyerahan tali asih kepada enam buruh terpilih. Mereka mewakili tiga serikat besar: KSPSI, FSPMI, dan SARBUMUSI. Sebuah gestur kecil tapi penuh makna.


Sementara itu, Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana juga menyampaikan rasa bangga dan hormatnya kepada para buruh. Menurutnya, cara damai dan dialogis yang dipilih menjadi contoh elegan dalam menyampaikan aspirasi.


“Kami berterima kasih atas kedewasaan sikap yang ditunjukkan para buruh. Sarasehan seperti ini adalah langkah strategis untuk membangun kepercayaan dan kolaborasi antarelemen masyarakat,” ujar AKBP Wisnu.


Lebih dari sekadar forum aspirasi, sarasehan ini menjadi cermin kebersamaan. Para buruh berbicara, menyampaikan uneg-uneg, harapan, dan tantangan di dunia kerja. Pemerintah mendengar, bukan hanya dengan telinga, tapi juga dengan hati. Ada empati yang hadir, dan dari sanalah solusi mulai tumbuh.


Respon publik pun positif. Dari aktivis buruh lokal hingga tokoh pemuda, semuanya memuji pendekatan yang diambil. Banyak yang berharap, pola dialog semacam ini bisa menjadi budaya baru dalam menyelesaikan persoalan, bukan hanya soal buruh, tapi juga isu sosial lainnya.


Hari Buruh kali ini bukan sekadar seremoni, tapi refleksi. Sebuah peringatan bahwa perbedaan pandangan tak selalu harus bermuara pada jalanan, tapi bisa dilabuhkan dalam ruang diskusi yang hangat dan beradab.


Kabupaten Probolinggo pun layak jadi contoh. Di tengah zaman yang serba cepat dan gaduh, daerah ini menunjukkan bahwa damai adalah pilihan, bukan kebetulan. Bahwa buruh bukan sekadar tenaga kerja, tapi mitra sejajar dalam membangun masa depan bersama.


Dan May Day 2025. Ia tak lagi hanya tentang tuntutan. Ia telah menjadi simbol harapan, bahwa harmoni bisa tercipta ketika semua mau duduk bersama dan saling mendengar.

(MH**)