Pemkab Probolinggo dalam Rangka Harjakapro ke-279, Menyulam Sejarah Menjaga Budaya lewat Ngaji Budaya

Redaksi


Nusantara News Probolinggo - Pendopo Prasaja Ngerti Wibawa berubah jadi ruang penuh makna pada Jumat, 9 Mei 2025. Di tempat bersejarah ini, Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikdaya) menggelar acara bertajuk Ngaji Budaya dan Historikal Hyang Argopuro. Bukan sekadar diskusi biasa, kegiatan ini menjadi ajang menyelami ulang akar budaya dan sejarah panjang tanah Probolinggo.


Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-279 Kabupaten Probolinggo (Harjakapro). Hadir langsung Bupati Probolinggo, Gus dr. Muhammad Haris, bersama Sekretaris Daerah Ugas Irwanto dan sejumlah kepala OPD di lingkungan pemerintah kabupaten.

Dua narasumber dihadirkan untuk membawa audiens menelusuri lorong-lorong sejarah yang sering kali luput dari ingatan kolektif. Mereka adalah Edi Martono, seorang pegiat sejarah dan anggota Komunitas Pojok Literasi Arkeologi Sunan Kali Banger Probolinggo, serta Ismail Lutfi, Ketua Perhimpunan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Komda Jawa Timur sekaligus dosen sejarah di Universitas Negeri Malang.


Suasana terasa hidup. Para pemerhati budaya, guru, dan pelajar turut menyimak dengan antusias. Setelah dibuka secara resmi oleh Bupati Haris, sesi dilanjutkan dengan pemaparan kisah panjang Kabupaten Probolinggo, dari masa lalu hingga narasi masa kini yang masih bersambung.


Menariknya, dalam sesi diskusi, seorang siswa dari SMP Negeri 1 Dringu bertanya soal langkah konkret pemerintah dalam menjaga sejarah tak kasat mata serta budaya yang mulai terlupakan. Sebuah pertanyaan kritis yang mencerminkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya identitas lokal.


Menanggapi hal tersebut, Bupati Haris menyampaikan bahwa sejarah tak kasat mata—yakni kisah, mitos, dan tradisi lisan—harus dicatat dan diwariskan. Ia menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat dan pemerintah untuk menjaga serta menggali kembali narasi sejarah yang berserakan.


"Kita akan terus bertemu untuk menyatukan visi dalam merangkai cerita sejarah Kabupaten Probolinggo. Saya mengajak semua pencinta dan pemerhati sejarah untuk turut menelusuri, mencatat, dan membukukan kisah-kisah ini agar tak hilang ditelan zaman," ujarnya


Sementara itu, Kepala Dikdaya Dwijoko Nurjayadi menambahkan bahwa kegiatan ini lahir dari inisiasi langsung Bupati. Ia menekankan bahwa penyampaian sejarah oleh para narasumber perlu dijangkau lebih luas agar tidak lenyap begitu saja.


"Kalau sejarah ini tidak disampaikan kepada para guru, siswa, dan pimpinan OPD, maka lama-lama kita akan kehilangan arah dan jati diri. Lewat kegiatan ngaji budaya inilah kita bisa menggali ulang dan memahami sejarah Kabupaten Probolinggo secara lebih utuh," Pungkasnya


Ngaji Budaya kali ini bukan sekadar kegiatan simbolik. Ia jadi pengingat bahwa di tengah arus modernitas, kita tetap butuh pulang sejenak ke masa lalu mengenang, belajar, dan memetik hikmah dari akar yang membentuk siapa kita hari ini.

(MH***)